IDENTIFIKASI JENIS BURUNG
oleh: LAURIO LEONALD
oleh: LAURIO LEONALD
TUJUAN
1. Meningkatkan pengetahuan teknik dan
proses identifikasi jenis burung di lapangan
PENDAHULUAN
Identifikasi jenis burung merupakan
teknik atau kemampuan yang sangat penting untuk dikuasai dalam kegiatan
monitoring satwa liar, khususnya burung. teknik identifikasi burung dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan mengenali bentuk dan pendampilan
fisik, berdasarkan kebiasaan dan tempat aktifitas, dan juga dari suaranya yang
sangat beranekaragam. Untuk memperlancar dan mengefektifkan sebuah kegiatan
monitoring, maka diperlukan kemampuan yang lebih dalam proses megidentifikasi.
Untuk dapat mengetahui proses dan cara mengidentifikasi jenis burung di
lapangan maka perlu adanya pelatihan mengenai identifikasi jenis burung.
PERALATAN YANG DIPERLUKAN
1.
Alat tulis
2.
Binokular
3.
Kamera
4.
Tape recorder
5.
GPS
6.
Kompas
7.
Buku panduan identifikasi burung (MacKinnon et al. 2010)
PROSES/METODE :
Gambar 1.
Morfologi burung
Identifikasi
burung didasarkan pada kombinasi dari beberapa ciri khas, termasuk penampakan
umum, suara dan tingkah laku. Penting sekali untuk mencocokan sebanyak mungkin
bagian burung, terutama warna pada bagian-bagian burung, misalnya garis putih
pada ekornya, mungkin diingat dengan jelas, tetapi ciri-ciri lainnya
terlupakan. Dalam pengecekan pada buku panduan lapangan pengamat dapat menemukan
lebih dari satu burung yang memiliki gais putih pada ekor, tetapi tidak dapat
mengingat warna atau ciri lainnya dai burung tersebut.
Maka dalam
proses identifikasi burung, ada baiknya memperhatikan beberapa bagian penting
yang dapat membantu kegiatan identifikasi jenis burung, sebagai berikut:
1.
Ukuran, yang dimaksud ukuran di sini adalah
perbandingan ukuran burung yang kita jumpai dengan burung-burung yang kita
kenali. Sebagai pembanding diurutkan dari burung yang terkecil ke burung yang
terbesar (1. Pipit/bondol, 2. Kutilang, 3. Tekukur, 4. Alap-alap/Elang-alap,
dan 5. Elang)
Gambar 2. Perbandingan ukuran burung (a. Bondol
kalimantan, b. Cucak kutilang, c. Tekukur biasa, d. Gagak hutane. Elang ular
bido)
2.
Bentuk, ini dilihat dari tampilan fisik apakah
burung tersebut pendek, tinggi, ramping, gemuk, berjambul, bentuk paruh dan
sebagainya. Sebagai contoh misalnya (1. Tinggi ramping seperti bagau, 2. Pendek
gemuk seperti tekukur, 3. Tinggi tegap seperti elang, 4. Berjambul seperti baza
jerdon, 5. Paruh kait seperti burung betet, paruh panjang lancip dan melengkung
seperti burung madu, dan bentuk lainnya)
Gambar 3. Jenis burung berdasarkan bentuk paruh, (a).
Pemakan biji, (b).
Penghisap madu, (c). Pemakan cacing, (d). Pemakan serangga, (e). Pemakan daging, (f). Pencari makan di
air, (g). Pemakan ikan, (h). Pemakan buah
3.
Warna, burung memiliki warna yang sangat
beraneka ragam dengan kombinasi yang sangat beragam dan unik, bahkan dalam satu
spesies burung memiliki warna yang berbeda, misalkan antara jantan-betina,
anak-dewasa. Pendekatan warna digunakan untuk membandingkan atau contoh,
misalnya warna kuning seperti kepudang,
hitam seperti gagak, hijau sepeti takur dan warna lainnya.
Gambar 4. Perbandingan warna pada burung, (a. Burung Kepudang Kuduk Hitan dan Cucak Kuricang memiliki warna yang
hampir sama, tetapi beda spesies, b. Jantan dan betina Sepah Tulin merupakan burung yang sama spesiesnya tapi memiliki
warna yang berbeda, c. Cabai Rimba
dan Cabai Gesit contoh burung yang
memiliki warna dan corak hampir sama tapi memiliki keatajaman dan ketebalan
corak warna yang sedikit bebeda, d. Perbedaan warna dikepala pada Kirik-kirik Biru remaja dengan yang
dewasa.
4.
Prilaku, burung memiliki prilaku yang khas pada
masing-masing jenisnya, seperti yang tidak bisa diam seperti cinenen, terbang melingkar dan hinggap
pada ranting kering yang sama secara berulang seperti kirik-kirik, terbang disekitar bungan sambil menghisap madu seperti
burung madu dan pijantung.
5.
Habitat dan regional, masing-masing jenis burung memiliki
sebaran dan habitat atau tempat hidup baik untuk istirahat ataupun mencari
makan yang berbeda. Seperti kirik-kirik
yang biasa bertengger di pohon yang kering mengintai serangga, kareo padi biasa beraktifitas di
permukaan tanah sekitaran sungai,
Gambar 5. Penggunaan habitat untuk beraktifitas, (a). Di
atas tanah sekitar sungai, (b). Pada lahan basah, (c). Di atas tanah kering,
(d). Pada rumput dan semak, (2). Di pohon kering pada lahan terbuka, dan (f). Di
pohon yang rimbun.
6.
Suara, Catat atau rekam suara burung,
masing-masing jenis burung memiliki suara yang khas pada setiap jenisnya.
Banyak burung yang sering dan hanya terdengar suaranya tanpa terlihat fisiknya,
maka sangat penting untuk mempelajari suara burung dalam peroses identifikasi.
7.
Sketsa burung, gambar sketsa burung beserta catatan
warna dan ciri-ciri pada bagian-bagian burung seperti ukuran tubuh, warna pada
masing-masing bagian tubuh, bentuk paruh, ada tidaknya jambul, serta bebagai
ciri lain yang tidak umum sepeti pada bagian penting yang haus diperhatikan
pada point sebelumnya.
Proses identifikasi jenis burung
terlihat sedikit rumit bila dilakukan oleh pemula, namun kalau sudah terbiasa,
proses identifikasi dapat dilakukan dengan lebih cepat tanpa melakukan
pembuatan sketsa dan merekam suaranya. Proses identifikasi dapat dilakukan
dengan hanya melihat sekilas dari bentuk, ukuran, warna bahkan hanya dengan
mendengar suaranya saja.
Identifikasi raptor saat terbang dapat
dilihat dari bentuk dan ukuran sayap, ekor, serta corak pada sayap dan ekor.
Sebagai contoh perbedaan masing-masing jenis raptor saat terbang dapat dilihat
pada gamba di bawah ini.
Gambar 4. Bentuk sayap, ekor dan pola warna raptor saat
terbang (a. Elang Ular Bido, b. Elang Tikus, c. Elang Bondol, d. Elang
Berontok, e. Elang Ikan Kepala Kelabu)
Sketsa untuk identifikasi burung jenis
raptor
Sketsa untuk identifikasi burung