"Simpanlah ditempat sejuk dan tak terkena sinar matahari" Sepertinya kata-kata itu adalah penggambaran betapa berharganya sebuah kardus. Namun hanya kardus yang berisi saja yang berhak menerima perlakuan itu. Isi dari kardus ibarat sebuah mesin unik kombinasi antara logika dan emosi yang dirancang sedemikian rupa untuk dapat mencetak robot-robot berperasaan dan berbudi pekerti luhur. Begitu bernilainya isi kardus itu, hingga perlakuan akan kardus yang melindungi mesin tersebut pun istimewa.
Analog dengan kehidupan manusia, bahwa isi kardus ibarat jiwa dan kardus ibarat raga. Keduanya saling melengkapi dan melindungi. Ketika raga rapuh, penguatan terhadap jiwa menjadi hal yang paling mujarab sedang ketika jiwa rapuh, penguatan terhadap raga menjadi hal yang sama mujarabnya. Saat raga kita tak mampu menahan sakit yang menggerogoti dinding sel, lisis pun terjadi. Semua isi sel keluar dan menghambur hingga fungsinya tak karuan lagi. Saat itulah raga terasa amat rapuh untuk melaksanakan tugasnya. Melihat raga tertatih sendirian, jiwa tak ambil diam. Dia memperkuat pertahanannya untuk melindungi raga. Hal yang sama terjadi ketika jiwa terseok tanpa daya terbelenggu oleh pikiran-pikiran gila akan dunia yang dihadapi. Hingga merusak sistem catalog memori di dalamnya. Raga berusaha membantu untuk merapikan kembali system itu.
Keseimbangan itu terjadi selama kita hidup. Tak banyak manusia yang menyadari pentingnya kondisi yang seimbang antara jiwa dan raga. Hingga ketika jiwa ataupun raga sedang dalam kondisi rapuh, tak banyak yang bisa dikerjakan manusia selain mengeluh. Padahal kuncinya hanyalah penguatan pada satu sisi untuk melindungi sisi yang lainnya. Jadi sebenarnya manusia mampu mengatasi masalah-masalah dalam hidupnya kalau dia memegang konsep tersebut. Karena Tuhan tak akan ingkar dengan firmannya, bahwa Dia tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan makhluknya.
Menjadi jagoan untuk diri sendiri nampaknya menjadi hal yang perlu kita lakukan. :-)
oleh : Cahya Triyanti, Jogjakarta, Oktober 2010
Analog dengan kehidupan manusia, bahwa isi kardus ibarat jiwa dan kardus ibarat raga. Keduanya saling melengkapi dan melindungi. Ketika raga rapuh, penguatan terhadap jiwa menjadi hal yang paling mujarab sedang ketika jiwa rapuh, penguatan terhadap raga menjadi hal yang sama mujarabnya. Saat raga kita tak mampu menahan sakit yang menggerogoti dinding sel, lisis pun terjadi. Semua isi sel keluar dan menghambur hingga fungsinya tak karuan lagi. Saat itulah raga terasa amat rapuh untuk melaksanakan tugasnya. Melihat raga tertatih sendirian, jiwa tak ambil diam. Dia memperkuat pertahanannya untuk melindungi raga. Hal yang sama terjadi ketika jiwa terseok tanpa daya terbelenggu oleh pikiran-pikiran gila akan dunia yang dihadapi. Hingga merusak sistem catalog memori di dalamnya. Raga berusaha membantu untuk merapikan kembali system itu.
Keseimbangan itu terjadi selama kita hidup. Tak banyak manusia yang menyadari pentingnya kondisi yang seimbang antara jiwa dan raga. Hingga ketika jiwa ataupun raga sedang dalam kondisi rapuh, tak banyak yang bisa dikerjakan manusia selain mengeluh. Padahal kuncinya hanyalah penguatan pada satu sisi untuk melindungi sisi yang lainnya. Jadi sebenarnya manusia mampu mengatasi masalah-masalah dalam hidupnya kalau dia memegang konsep tersebut. Karena Tuhan tak akan ingkar dengan firmannya, bahwa Dia tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan makhluknya.
Menjadi jagoan untuk diri sendiri nampaknya menjadi hal yang perlu kita lakukan. :-)
oleh : Cahya Triyanti, Jogjakarta, Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar