PEDOMAN LAPANGAN SURVEY CEPAT KEANEKARAGAMAN HAYATI
(QUICK BIODIVERSITY SURVEY -
QBS)
Dalam Penilaian Cepat terhadap Agrobiodiversitas (RABA)
Trees in Multi-Use Landscape in
Southeast Asia (TUL-SEA)
Seperangkat
metode pendukung proses negosiasi dalam pengelolaan sumberdaya alam
Dasar
dan Pendekatan
Penyebab utama penurunan
keanekaragaman hayati pada suatu bentang alam adalah kegiatan konversi hutan ke
sistem pertanian yang intensif dan cenderung monokultur. Keanekaragaman hayati
memiliki peran yang penting untuk menjaga keberlangsungan suatu ekosistem,
hanya saja tekanan ekonomi seringkali mengurangi tingkat penghargaan manusia
terhadap peran keanekaragaman hayati. Untuk mengimbangi tersebut, skema
pembayaran jasa lingkungan (Rewards/Payments for environmental services)
dikembangkan untuk menghargai orang-orang yang melalui praktek kesehariannya
telah berkontribusi terhadap konservasi keanekaragaman hayati. Penilaian Cepat
terhadap Agro-biodiversitas (Rapid Agro-Biodiversity Appraisal - RABA) adalah
metode yang dirancang untuk mengidentifikasi informasi-informasi yang
diperlukan untuk mengetahui pihak-pihak yang diuntungkan dari keanekaragaman
hayati, dan perspektif dari penyedia jasa lingkungan (penjual), pemanfaat jasa
lingkungan (pembeli) dan pihak yang memfasilitasi penjual dan pembeli dalam
pengembangan mekanisme penghargaan atau pembayaran jasa lingkungan. Terkadang
ketidak tersediaan data inventarisasi keanekaragaman hayati yang ada di lokasi
menjadi kendala utama. Ketiadaan data umumnya disebabkan oleh lamanya waktu
yang diperlukan untuk melakukan inventarisasi detail dengan metode ekologi yang
baku. Oleh karena itu, Quick Biodiversity Survey (QBS) dikembangkan dengan
fokus hanya untuk menginventarisasi jenis-jenis bioindikator dari taxa tertentu
yang cukup mudah ditemukan dan memiliki korelasi yang cukup kuat terhadap
tingkat perubahan lahan.
Quick Biodiversity Survey
(QBS)
QBS adalah survey
keanekaragaman hayati pada tingkat bentang alam di suatu desa dengan
menggunakan indikator taxa. Taxa yang direkomendasikan antara lain: pohon,
kelelawar, diurnal primata, burung, mamalia kecil dan kumbang tinja yang
diamati dalam satu transek (sepanjang 1 km) dengan metode yang berbeda per tipe
taxa-nya. Minimal dilakukan 2 transek per tipe penggunaan lahan. Waktu yang
diperlukan untuk melakukan QBS di satu desa adalah 2-3 minggu pengamatan di
lapangan dan 1 bulan untuk verifikasi hasil identifikasi jenis, analisa dan
interpretasi data ke dalam bentuk laporan. Identifikasi jenis dilakukan dengan
metode standar yang biasa dilakukan per masing-masing taxa. Selama pengambilan
data, juga dicatat langsung di lapangan atau dikoleksi informasi data sekunder
mengenai parameter fisik (suhu, curah hujan, tipe tanah, ketinggian dan kelembaban).
Bagaimana melakukan QBS?
Sampling area
Lokasi yang dijadikan tempat
pengambilan sampel (sampling area) harus mewakili tipe-tipe penutupan lahan
berbasis pohon yang ada di areal desa yang akan disurvey, diklasifikasikan
dengan habitat hutan dan non hutan. Habitat hutan adalah area yang belum pernah
ditanami secara intensif oleh manusia, bisa berupa hutan primer, hutan bekas
penebangan. Habitat non hutan adalah area yang sudah pernah ditanami secara
intensif oleh manusia, bisa berupa kebun karet campur, kebun agroforest durian,
pekarangan rumah, belukar, sesap, kebun yang cenderung monokultur. Sampling
area minimal berjarak 100 m dengan tipe landuse lainnya.
Kelelawar (Chiroptera)
Komposisi team : minimal 1 orang terbiasa dengan
identifikasi kelelawar dan 2 orang yang tahu kondisi lapangan dan bisa memanjat
pohon.
Alat dan bahan : mistnet dengan lebar mesh
30-32 mm terbuat dari sejenis benang nilon halus ikatan rangkap.
Metode
Pemasangan mistnet kelelawar
dilakukan selama 3-4 hari per transek, pada sore hari pukul 17.00. Pengecekan
mistnet dilakukan pukul 06.00 setiap hari.
Pengecekan mistnet pada malam
hari (sekitar jam 19.00-22.00) hanya dilakukan jika pada malam sebelumnya
ditemukan mistnet yang rusak. Mistnet dipasang di tempat lalu lintas kelelawar
seperti: sungai, perbukitan, pintu hutan dan daerah bukaan sekitar tepi atau
tengah hutan. Mistnet dipasang sebanyak 4-5 jaring per transek dengan
ketinggian antara 0.5 meter sampai 10 meter dari atas tanah, tergantung pada
tipe kerapatan pohon:
· tipe kerapatan yang cukup rapat
(contohnya: hutan), mistnet dipasang mulai dari 0.5 m (selama 2 hari) dan
kemudian dinaikkan posisinya maksimum setinggi lebar mistnet. Panjang mistnet
yang digunakan 6 meter dengan lebar 2.5 meter, 1 mistnet per titik subplot.
· tipe kerapatan sedang
(contohnya kebun karet campur), mistnet dipasang mulai dari 3-5 meter (selama 2
hari). Panjang mistnet yang digunakan 6-10 meter dengan lebar 2.5 meter.
· tipe kerapatan terbuka, mistnet
dipasang 3-10 meter (2 hari) tergantung pada tipe kerapatan pohon di daerah
sekelilingnya. Panjang mistnet yang digunakan 10 meter dengan lebar 2.5 meter.
Jika memungkinkan, dengan kondisi tutupan lahan yang terbuka, panjang mistnet
yang digunakan bisa lebih dari 10 meter (maksimal panjang mistnet = 18 meter).
Mistnet kurang efektif untuk
kelelawar pemakan serangga (Microchiroptera) karena mereka bisa melihat net dengan
kemampuan echolokasinya. Oleh karena itu, cacah sarang (eksplorasi sarang) juga
dilakukan di gua, lipatan daun pisang, lipatan pohon kelapa, di lubang bambu
dan sekitar atap rumah.
Sampel kelelawar yang terjerat,
diidentifikasi, dihitung dan dilepaskan kembali. Jika sampel sulit diidentifikasi,
sampel dibunuh dengan disuntik kloroform, kemudian diukur panjang tubuhnya,
berat, telinga, ekor, tarsus, tibia serta sayapnya, dan dimasukkan dalam kotak
plastik berisi alkohol 70%. Selanjutnya spesimen tersebut dibawa ke ahli
kelelawar untuk diidentifikasi spesies dan fungsi ekologinya.
Mamalia kecil (kebanyakan hewan
pengerat - rodentia)
Komposisi team : minimal 1 orang yang terbiasa
dengan identifikasi mamalia kecil dan 2 orang yang tahu kondisi di lapangan.
Alat dan bahan : perangkap Kasmin, umpan (ikan
asin, kelapa sawit, kelapa bakar)
Metode:
Data mamalia kecil diperoleh
dengan memasang perangkap Kasmin yang terbuat dari besi dengan spesifikasi ukuran
panjang 26 cm, lebar 13 cm dan tinggi 13 cm. Perangkap kasmin teruji cukup efektif
dibandingkan tipe perangkap tikus lainnya seperti perangkap jepit, perangkap
rumahan. Pemasangan perangkap dilakukan selama 24 jam untuk 3-5 hari. Umpan
yang digunakan adalah ikan asin kelapa sawit (yang sudah matang dan berwarna
orange) dan kelapa bakar. Sistem pemasangan perangkap secara berseling antara
jenis umpan yang satu dengan yang lain, misalnya pada plot 1 dipasang umpan
kelapa sawit+kelapa bakar, maka di plot 2 dipasang kelapa sawit+ikan asin, di
plot 3 kembali dipasang umpan kelapa sawit+kelapa bakar.
Dalam 1 transek (1 km),
dipasang 25-30 trap dengan jarak antar trap 10-40 m (berdasarkan luas daerah
jelajah mamalia kecil pada umumnya). Trap dipasang sekitar 5-10 meter dari
transek, atau di area yang diduga merupakan daerah lalu lintas mamalia kecil,
seperti dekat pohon tumbang yang sudah berlubang. Sampel mamalia yang
tertangkap, diidentifikasi, dihitung dan dilepaskan kembali.
Jika sampel sulit
diidentifikasi, sampel dibunuh dengan menyuntikkan kloroform, kemudian diukur
panjang tubuhnya, berat, telinga, ekor, tarsus, serta tibia, dan dimasukkan
dalam kotak plastik berisi alkohol 70%. Selanjutnya spesimen tersebut dibawa ke
ahli mamalia untuk diidentifikasi spesies dan fungsi ekologinya.
Kumbang tinja (Coleoptera; Scarabaeidae)
Komposisi team: efektif 2 orang (1 orang yang
terbiasa dengan identifikasi serangga dan 1 orang asisten yang terbiasa dengan
pengambilan data detail).
Alat dan bahan : mangkok kuning ukuran 750 ml
dan umpan tinja manusia.
Metode
Pengambilan sampel dilakukan
dengan umpan tinja manusia yang teruji paling banyak mengundang jenis kumbang
tinja. Umpan tinja dipasang pada sumuran (pit fall) yang sudah diberi larutan
pembunuh (larutan detergen+garam), dengan jumlah umpan 10 per 1 km transek. Perangkap
tinja dipasang tiap 100 meter (ini berdasarkan kapasitas maksimum kumbang tinja
untuk mencium bau umpan) dengan lama pemasangan ± 24 jam. Perangkap dipasang di
lokasi yang cukup aman dari gangguan hewan ataupun hujan. Jika cukup banyak
hujan, maka dapat digunakan penutup dari logam/plastik 20-30 cm di atas
perangkap. Umpan sumuran dibuat dengan mangkok kuning ukuran 750 ml.
Sampel kumbang dikumpulkan dan dimasukkan
dalam botol plastik berisi alkohol 70%. Selanjutnya spesimen dibawa ke
laboratorium dan dikonsultasikan ke ahli kumbang untuk diidentifikasi.
Primata
Komposisi team : 1 orang yang sudah terbiasa
dengan identifikasi primata dan 2 asisten yang mengerti kondisi lapangan.
Metode
Primata disampling dengan
menginventarisasi jenis dan populasi yang ditemukan pada transek 1 km di tiap
tipe penutupan lahan. Populasi jenis per transek dihitung secara total yang
ditemukan per satu kali ulangan/ observasi. Untuk 1 transek minimal dilakukan 3
kali pengulangan. Pengamatan dilakukan selama 3-4 hari tiap transek. Pengamatan
dilakukan pada pagi dan sore hari. Hujan terkadang menjadi kendala dalam
pengamatan karena primata cenderung berlindung pada saat hujan sehingga sukar
untuk terlihat. Penemuan sarang juga didokumentasikan, misalnya untuk
pengamatan orang utan (Pongo sp.).
Burung
Alat dan bahan : Binokuler Reiner 10 X 50 mm,
GPS, handcounter, kompas orientasi, meteran gulung, tali rafia, golok, tabel
pengamatan, papan jalan, alat tulis dan buku panduan lapangan. Kamera dengan
spesifikasi perbesaran optikal yang setara dengan lensa tele 600 mm.
Metode
Pengamatan dilakukan pada pagi
hingga sore hari yaitu pukul 05.30 sampai dengan pukul 17.00, selama 3 hari tiap
1 km transek, jika waktu memungkinkan. Lima hari tiap transek akan lebih
efektif jika cuaca mendukung. Pengamatan dilakukan dengan berjalan cepat tapi
tidak bersuara (untuk identifikasi burung terrestrial yang sensitive dengan
keberadaan manusia), berjalan perlahan-lahan (untuk identifikasi burung yang
beraktivitas di tajuk), menunggu dengan tenang (di tempat yang paling sering
dikunjungi burung, misalnya pohon Ficus yang berbuah, atau sungai kecil di
musim kemarau).
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif survey dengan teknik pengambilan data menggunakan
Daftar 20 Mackinnon (Mackinnon dan Phillips, 1993 dalam Bibby, 1999). Dalam 1 daftar
berisi maksimum 20 species. Setelah 20 spesies terdaftar, jika ditemukan perlu
dibuat daftar baru yang dapat berisi spesies yang sudah ada dalam daftar sebelumnya.
Jika suatu spesies ditemukan kembali dalam 1 daftar yang belum mencapai 20
spesies, maka spesies tersebut hanya dihitung sebagai tambahan populasi pada
spesies yang sama (bukan spesies baru).
Pohon dan sapling
Komposisi team : 1 orang yang terbiasa dengan
identifikasi pohon dan 1 orang asisten untuk mengukur diameter pohon.
Alat dan bahan : plastik transparan, label
spesimen, gunting stek, meteran dan alat tulis.
Metode
Inventarisasi jenis vegetasi
dilakukan dengan membuat plot berbentuk lingkaran per 100 meter pada 1 km
transek. Vegetasi jenis pohon disampling pada 2 tingkat:
(i) Pohon (ukuran diameter plot
= 8 meter)
Semua tumbuhan (keliling >
31 cm) yang berada di dalam plot beradius 8m diinventarisasi nama lokal,
lingkar pohon (cm), status phenology (berbuah, berbunga), juga informasi
tentang apakah jenis pohon tersebut berbuah atau tidak.
(ii) Tiang (Sapling) (ukuran
diameter plot = 4 meter)
Semua tumbuhan (lingkar pohon
< 31 cm dan tinggi > 2m) yang berada di dalam plot beradius 4m
diinventarisasi nama lokal dan jumlah individu per jenisnya.
Spesimen tumbuhan dikumpulkan
dengan metode standar, jika tidak diketahui nama latinnya.
Daftar pustaka
Kuncoro SA, van Noordwijk M,
Martini E, Saipothong P, Areskoug V, Ekadinata A, dan O’Connor T. 2006. Rapid Agrobiodiversity
Appraisal (RABA) in the contex of Environmental Service Rewards. Bogor,
Indonesia. World Agroforestry Centre- ICRAF, SEA Regional Office. 106p.
Mackinnon, J dan Phillips, K.
1993. Field Guide to the Birds of Sumatera, Borneo, Java and Bali (The Greater
Sunda Islands). Oxford University Press. Oxford.