homephoto grallerybuku tamulinktentang kamihome

18 Juni, 2013

First Record Accipiter badius of Borneo


First Record Accipiter badius of Borneo

Accipiter badius adalah salah satu jenis raptor dari keluarga Accipitridae yang penyebarannya tercatat di India, Cina Selatan, dan Asia Tenggara. Menurut literatur Accipiter badius di Indonesia  merupakan pengunjung musim dingin yang tidak umum di dataran rendah Sumatera, tapi kemungkinan karena jarang dikenali. Accipiter badius berukuran sedang (32 cm), berwarna pucat Jantan: bagian atas abu-abu pucat dengan bulu primer hitam kontras, tenggorokan putih dengan setrip abu-abu samar di tengah tenggorokan, dada dan perut bergaris-garis merah karat dan putih sempit melintang. Betina: seperti jantan, tetapi punggung coklat dan tenggorokan abu-abu. Remaja: coklat abu-abu bersisik merah karat, bagian bawah bergaris-garis coklat, ada setrip hitam di tengah tenggorokan (MacKinnon et all, 1998). Jenis ini cukup sulit untuk dikenali karena memiliki banyak kemiripan dengan jenis Accipiter lainnya.
Accipiter badius perjumpaan pertama
 
Accipiter badius perjumpaan ke-dua
Tulisan ini melaporkan catatan perjumpaan pertama dengan Accipiter badius untuk Kalimantan yang belum diketahui sebagai penetap atau jenis migrasi. Berdasarkan catatan, Accipiter badius teramati sebanyak 2 kali perjumpaan dengan rentang waktu yang berbeda pada lokasi yang sama (08:40 AM, 10 Februari 2013 dan 08:20 AM, 10 Maret 2013, kawasan HCV perkebunan kelapa sawit PT. MSM, Wilmar, Kotawaringin Tiamur, Kalteng).

Catatan pertama (08:40 AM, 10 februari 2013), Accipiter badius di lapangan teramati 1 individu keluar dari kawasan hutan terbang mengusir jenis lain (Accipiter trivirgatus) dan terbang melingkar semakin tinggi ke atas terus menjauh dari kawasan hutan. Catatan kedua (08:20 AM, 10 maret 2013), Accipiter badius teramati 1 individu pada lokasi yang sama keluar dari kawasan hutan terbang menyerang Elanus caerulaeus yang merupakan jenis raptor yang dominan di lokasi tersebut. Seperti pada perjumpaan pertama jenis ini terbang melingkar semakin tinggi ke atas dan menjauh dari kawasan.
  
Selain Accipiter badius pada kawasan yang memiliki luasan + 20 ha ini tercatat perjumpaan dengan jenis raptor yang menetap pada kawasan tersebut lainnya, seperti Elanus caeruleus, Spilornis cheela, Accipiter trivirgatus, Accipiter gularis, dan Strix leptogrammica. Kawasan ini memiliki kepadatan yang cukup tinggi, karena pada kawasan berhutan yang tidak jauh dari lokasi teramati perjumpaan dengan jenis lainnya, seperti Spizaetus cirrhatus, Pernis ptilorhynchus, Haliastur Indus, Aviceda jerdoni, Microhierax fringillarius, Hieraaetus kienerii, Macheiramphus alcinus. Padatnya populasi pada kawasan ini sangat mungkin dikarenakan semakin menyempitnya habitat akibat tingginya tingkat defoestasi, namun selain itu bisa juga padatnya pada kawasan terjadi karena luasnya areal berburu dan melimpahnya pakan yang tersedia.

Perjumpaan pertama Accipiter badius ini sangat menjadi temuan yang menarik, karena selain merupakan perjumpaan di Kalimantan, jenis ini sangat jarang tercatat masuk ke Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan maka perlu adanya penelitian lanjutan terhadap Accipiter badius untuk mengetahui populasi dan kemungkinan bahwa jenis ini merupakan jenis penetap Kalimantan.

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Michal Zrust selaku project manager Biodiversity and Oil Palm dari ZSL Indonesia beserta teman-teman ZSL Indonesia di lapangan Lili Aris, Achmad S Suhada, Edwin Hermawan, dan Sugeng Wahyudi yang mendukung dan menemani penulis saat pengamatan di lapangan. Terimakasih juga kepada Surya Purnama dan Forendadi dari departemen HCV wilmar yang menjadi teman diskusi. Selain itu terimakasih ini saya ucapkan untuk Asman Adi Purwanto dari RAIN atas bantuan indetifikasi dan motivasinya.

Refrences
MacKinnon, J., K. Phillips & B. van Balen. 1998. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI and BirdLife International Indonesia Programme, Jakarta. [In Indonesian]
Agus Nurza, Mulyawati Dwi, Husnurrizal, et all. 2009. First Breeding Record of Shikra Accipiter badius in Indonesia. Kukila 14.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar