Kalek kureseng, kalek manu, kalek parada (Smt); batu, k., merbatu, suluh, solo, taritih, welis, wuluh (Jw); batu, k., bunga, k., kembang, k., putih bunga, siboru, sanculit (Klm); batu, k., duita, duita tutu, kolaka, kolasa, mobulanggo, bone, sampamule, waleta, waleta tauru (Slw); fake, nong, nongu (Mlk); besi, k., harluku seko (NTT); wun, kwamieny (IJ). |
Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, seluruh Jawa dan Bali, seluruh Kalimantan kecuali Kalimantan Barat, seluruh Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur dan lrian Jaya. |
Tinggi pohon 40 m atau lebih dengan panjang batang bebas cabang 10-25 m, diameter sampai 70 cm, tidak berbanir, batang lurus. Kulit luar berwarna kelabu, beralur dangkal, mengelupas banyak, besar-besar dan tebal. |
PENGERJAAN: Kolaka tercatat sebagai jenis kayu yang sangat sukar digergaji dan dikerjakan dengan mesin karena mengandung silika, tetapi pengujian sifat pemesinan menunjukkan bahwa jenis kayu ini dapat diserut, dibentuk, dibor, dibuat lubang persegi dan diamplas dengan hasil sangat baik, hanya pembubutan saja yang memberi hasil sedang. KEGUNAAN: Kayu kolaka baik untuk bangunan di bawah atap seperti lantai, balok dan tiang serta baik untuk batang dan roda cikar, dan mungkin juga baik untuk mebel. Selain itu kayu kolaka dapat digunakan untuk bangunan kapal dan dermaga karena daya tahannya yang cukup baik terhadap binatang laut penggerek kayu, tetapi untuk itu sebaiknya diawetkan dahulu karena daya tahannya yang rendah terhadap jamur pelapuk kayu. |