homephoto grallerybuku tamulinktentang kamihome

10 Oktober, 2010

keanekaragaman hayati


KEANEKARAGAMAN HAYATI
KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI
Apabila Anda mendengar kata “Keanekaragaman”, dalam pikiran anda mungkin akan terbayang kumpulan benda yang bermacam-macam, baik ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Bayangan tersebut memang tidak salah. Kata keanekaragaman memang untuk menggambarkan keadaan bermacam-macam suatu benda, yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal ukuran, bentuk, tekstur ataupun jumlah.
Sedangkan kata “Hayati” menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup (organisme) penghuni biosfer.
Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.
Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antara makhluk hidup. Untuk memahami konsep keseragaman dan keberagaman makhluk hidup pergilah Anda ke halaman sekolah. Amati lingkungan sekitarnya! Anda akan menjumpai bermacam-macam tumbuhan dan hewan. Jika Anda perhatikan tumbuhan-tumbuhan itu, maka Anda akan menemukan tumbuhan-tumbuhan yang berbatang tinggi, misalnya: palem, mangga, beringin, kelapa. Dan yang berbatang rendah, misalnya: cabe, tomat, melati, mawar dan lain-lainnya. Ada tumbuhan yang berbatang keras, dan berbatang lunak. Ada yang berdaun lebar, tetapi ada pula yang berdaun kecil, serta bunga yang berwarna-warni. Begitu pula Anda akan menemukan tumbuhan-tumbuhan yang memiliki kesamaan ciri seperti: tulang daun menyirip atau sejajar, sistem perakaran tunggang atau serabut, berbiji tertutup atau terbuka, mahkota bunga berkelipatan 3 atau 5 dan lain-lain. Begitu pula pada hewan-hewan yang Anda temukan, terdapat hewan-hewan yang bertubuh besar seperti kucing, sapi, kerbau, dan yang bertubuh kecil seperti semut
serta kupu-kupu. Ada hewan berkaki empat, seperti kucing. Berkaki dua seperti ayam. Berkaki banyak seperti lipan dan luwing. Juga akan tampak burung yang memiliki bulu dan bersayap.
Di samping itu, Anda juga akan menemukan hewan yang hidupnya di air seperti: ikan mas, lele, ikan gurame. Dan hewan-hewan yang hidup di darat seperti kucing, burung dan lain-lain. Ada hewan yang tubuhnya ditutupi bulu seperti burung, ayam. Ada yang bersisik seperti ikan gurame, ikan mas, dan ada pula yang berambut seperti kucing, kelinci dan lain-lain.
Dari hasil pengamatan atau observasi di halaman sekolah, Anda telah menemukan adanya keseragaman dan keberagaman pada makhluk hidup.
Untuk lebih memahami uraian diatas, cobalah Anda kerjakan kegiatan praktikum berikut:
1. KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGKAT GEN
Keanekaragaman hayati tidak saja terjadi antar jenis, tetapi dalam satu jenis pun terdapat keanekaragaman. Adanya perbedaan warna, bentuk, dan ukuran dalam satu jenis disebut variasi.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang tingkatan keanekaragaman hayati, simak uraiannya berikut ini:
Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati tingkat gen? Untuk menemukan jawaban ini, cobalah amati tanaman bunga mawar. Tanaman ini memiliki bunga yang berwarna-warni, dapat berwarna merah, putih atau kuning. Atau pada tanaman mangga, keanekaragaman dapat Anda temukan antara lain pada bentuk buahnya, rasa, dan warnanya.
Demikian juga pada hewan. Anda dapat membandingkan ayam kampung, ayam hutan, ayam ras, dan ayam lainnya. Anda akan melihat keanekaragaman sifat antara lain pada bentuk dan ukuran tubuh, warna bulu dan bentuk pial (jengger).
Gambar 1. Keanekaragaman gen pada ayam
Keanekaragaman warna bunga pada tanaman mawar. Bentuk, rasa, warna pada buah mangga, serta keanekaragaman sifat, warna bulu dan bentuk pial pada ayam, ini semua disebabkan oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut dengan gen. Semua makhluk hidup dalam satu spesies/jenis memiliki perangkat dasar penyusun gen yang sama. Gen merupakan bagian kromosom yang mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan dari induk/orang tua kepada keturunannya.
Gen pada setiap individu, walaupun perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya berbeda-beda bergantung pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah yang menentukan ciri atau sifat suatu individu dalam satu spesies.
Apa yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen? Perkawinan antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan salah satu penyebabnya. Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas (varitas) yang terjadi secara alami atau secara buatan.
Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan, seperti pada rambutan. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu di samping ditentukan oleh faktor genetiknya (genotip). Sedangkan keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain melalui perkawinan silang (hibridisasi), seperti pada berbagai jenis mangga.
Perbedaan sifat pada jenis mangga dapat Anda amati pada tabel berikut:
No.
Mangga
Bentuk Buah
Rasa
arima
1.
2.
3.
golek
kuini
gedong
lonjong panjang
bulat telur, besar
bulat, kecil
manis
manis
lebih manis
tidak wangi
wangi
tidak wangi
Pada manusia juga terdapat keanekaragaman gen yang menunjukkan sifat-sifat berbeda, antara lain ukuran tubuh (besar, kecil, sedang); warna kulit (hitam, putih, sawo matang, kuning); warna mata (biru, hitam, coklat), serta bentuk rambut (ikal, lurus, keriting). Cobalah perhatikan diri Anda sendiri! Ciri atau sifat apa yang Anda miliki? Sesuaikan dengan uraian di atas?
2. Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis
Dapatkah Anda membedakan antara tumbuhan kelapa aren, nipah dan pinang? Atau membedakan jenis kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang buncis, kacang kapri, dan kacang hijau? Atau Anda dapat membedakan kelompok hewan antara kucing,harimau, singa dan citah? Jika hal ini dapat Anda bedakan dengan benar, maka paling tidak sedikitnya anda telah mengetahui tentang keanekaragaman jenis.
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, anda dapat mengamati, antara lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Contoh, dalam keluarga kacang-kacangan, antara lain; kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut Anda dapat dengan mudah membedakannya, karena antara mereka ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan yang lainnya. Misalnya ukuran tubuh atau batang (ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta rasanya yang berbeda.
Gambar 2. Keanekaragaman jenis pada kacang-kacangan
Contoh lain, keanekaragaman pada keluarga kucing. Di kebun binatang, Anda dapat mengamati hewan harimau, singa, citah dan kucing.
Gambar 2. Keanek ragaman jenis pada hewan (a) harimau, (b) singan, (c) kucing dan (d) citah.
Walaupun hewan-hewan tersebut termasuk dalam satu familia/suku Felidae, tetapi diantara mereka terdapat perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya, perbedaan warna bulu, tipe lorengnya, ukuran tubuh, tingkah laku, serta lingkungan hidupnya.
Cobalah Anda perhatikan perbedaan sifat dari hewan berikut ini :
No.
Ciri-ciri
Kucing
Harimau
Singa
Citah
1.

2.

3.
Ukuran tubuh
Warna bulu

Tempat hidup
Kecil

Hitam, putih, kuning
Hutan, rumah
Besar

Hitam, putih, kuning
Hutan
Besar

Hitam, putih, kuning
Hutan
Sedang

Hitam/ putih
Pohon
Demikian pula pada kelompok tumbuhan yang tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah akan memperlihatkan perbedaan-perbedaan sifat pada tinggi batang, daun dan bunga. Contohnya kelapa, aren, pinang, dan lontar, seperti tampak pada tabel pengamatan berikut ini.
No
Ciri-ciri
Kelapa
Aren
Pinang
Lontar
1.
Tinggi Batang
>30m
25m
25
15-30m
2.
Daun
-Panjang tangkai daun 75-150cm
-Helaian daun 5m, ujungruncing dan keras
-Panjang tangkai daun 150cm
Tangkai daun pendek
-Panjang tangkai daun 100cm
-Helaian daun bulat, tepi daun bercangap menjari
3.
Bunga
Tongkol
Tongkol
Tongkol
Bulir
Gambar 2. Keanekaragaman pada suku Palmae
Dari contoh-contoh di atas, Anda dapat mengetahui ada perbedaan atau variasi sifat pada kucing, harimau, singa dan citah yang termasuk dalam familia/suku Felidae. Variasi pada suku Felidae ini menunjukkan keanekaragaman pada tingkat jenis.
Hal yang sama terdapat juga pada tanaman kelapa, aren, pinang, dan lontar yang termasuk suku Palmae atau Arecaceae.
3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem
Di lingkungan manapun Anda di muka bumi ini, maka Anda akan menemukan makhluk hidup lain selain Anda. Semua makhluk hidup berinteraksi atau berhubungan erat dengan lingkungan tempat hidupnya.
Lingkungan hidup meliputi komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu (uni seluler) sampai makhluk hidup bersel banyak (multi seluler) yang dapat dilihat langsung oleh kita. Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain faktor fisik, ada faktor kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan mineral.
Baik komponen biotik maupun komponen abiotik sangat beragam atau bervariasi. Oleh karena itu, ekosistem yang merupakan interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik pun bervariasi pula.
Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk hidup dengan lingkungnnya atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem. Apa yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman tingkat ekosistem? Perbedaan letak geografis antara lain merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk ekosistem.
Gambar 2. Keanekaragaman ekosistem (a) padang rumput (b) padang tundra (c) gurun pasir
Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperature, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah.
Di daerah dingin terdapat bioma Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon, yang tumbuh hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah beriklim sedang terdpat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan fauna/hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa kutub.
Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan beraneka ragam. Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem.
Totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem menunjukkan terdapat pelbagai variasi bentuk, penampakan, frekwensi, ukuran dan sifat lainnya pada tingkat yang berbeda-beda merupakan keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati berkembang dari keanekaragaman tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis dan keanekaragaman tingkat ekosistem. Keanekaragaman hayati perlu dilestarikan karena didalamnya terdapat sejumlah spesies asli sebagai bahan mentah perakitan varietas-varietas unggul. Kelestarian keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem akan terganggu bila ada komponen-komponennya yang mengalami gangguan.
Gangguan-gangguan terhadap komponen-komponen ekosistem tersebut dapat menimbulkan perubahan pada tatanan ekosistemnya. Besar atau kecilnya gangguan terhadap ekosistem dapat merubah wujud ekosistem secara perlahan-lahan atau secara cepat pula. Contoh-contoh gangguan ekosistem , antara lain penebangan pohon di hutan-hutan secara liar dan perburuan hewan secara liar dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Gangguan tersebut secara perlahan-lahan dapat merubah ekosistem sekaligus mempengaruhi keanekaragaman tingkat ekosistem. Bencana tanah longsor atau letusan gunung berapi, bahkan dapat memusnahkan ekosistem. Tentu juga akan memusnahkan keanekaragaman tingkat ekosistem. Demikian halnya dengan bencana tsunami.
KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA
Tahukah Anda, bahwa Indonesia merupakan salah satu dari tiga Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi? Dua negara lainnya adalah Brazil dan Zaire. Tetapi dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya adalah disamping memiliki keanekragaman hayati yang tinggi, Indonesia mempunyai areal tipe Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan peralihannya. Selain itu di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta hewan dan tumbuhan endemik (penyebaran terbatas).
Untuk lebih memahami materi tersebut, silakan Anda simak uraian mengenai keaneragaman hayati yang terdapat di Indonesia berikut ini!
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-masing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri.
Tumbuhan (flora) di Indonesia merupakan bagian dari geografi tumbuhan Indo-Malaya. Flora Indo-Malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Flora yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, dan Filipina sering disebut sebagai kelompok flora Malesiana.
Hutan di daerah flora Malesiana memiliki kurang lebih 248.000 species tumbuhan tinggi, didominasi oleh pohon dari familia Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang menghasilkan biji bersayap. Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi dan membentuk kanopi hutan. Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae misalnya Keruing ( Dipterocarpus sp), Meranti (Shorea sp), Kayu garu (Gonystylus bancanus), dan Kayu kapur (Drybalanops aromatica).
Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan tropis atau hutan basah, dicirikan dengan kanopi yang rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat), seperti rotan. Tumbuhan khas Indonesia seperti durian (Durio zibetinus), Mangga (Mangifera indica), dan Sukun (Artocarpus sp) di Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi.
Sebagai negara yang memiliki flora Malesiana apakah di Malaysia dan Filipina juga memiliki jenis tumbuhan seperti yang dimiliki oleh Indonesia? Ya, di Malaysia dan Filipina juga terdapat tumbuhan durian, mangga, dan sukun. Di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa terdapat tumbuhan endemik Rafflesia. Tumbuhan ini tumbuh di akar atau batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur liar, yaitu Tetrastigma.
Bagaimana dengan wilayah Indonesia bagian timur? Apakah jenis tumbuhannya sama? Indonesia bagian timur, tipe hutannya agak berbeda. Mulai dari Sulawesi sampai Irian Jaya (Papua) terdapat hutan non?Dipterocarpaceae. Hutan ini memiliki pohon-pohon sedang, diantaranya beringin (Ficus sp), dan matoa (Pometia pinnata). Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di Irian.
Selanjutnya, mari kita lihat hewan (fauna) di Indonesia. Hewan-hewan di Indonesia memiliki tipe Oriental (Kawasan Barat Indonesia) dan Australia (Kawasan Timur Indonesia) serta peralihan. Hewan-hewan di bagian Barat Indonesia (Oriental) yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Banyak species mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau, badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
2.
Terdapat berbagai macam kera, misalnya: bekantan, tarsius, orang utan.
3.
Terdapat hewan endemik, seperti: badak bercula satu, binturong (Aretictis binturang), monyet (Presbytis thomari), tarsius (Tarsius bancanus), kukang (Nyeticebus coucang).
4.
Burung-burung memiliki warna bulu yang kurang menarik, tetapi dapat berkicau. Burung-burung yang endemik, misalnya: jalak bali (Leucopsar nothschili), elang jawa, murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons).
Sekarang mari kita lanjutkan dengan hewan-hewan yang terdapat di Kawasan Indonesia Timur. Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewannya adalah:
1.
Mamalia berukuran kecil
2.
Banyak hewan berkantung
3.
Tidak terdapat species kera
4.
Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam
Irian Jaya (Papua) memiliki hewan mamalia berkantung, misalnya: kanguru (Dendrolagus ursinus), kuskus (Spiloeus maculatus). Papua juga memiliki kolek si burung terbanyak, dan yang paling terkenal adalah burung Cenderawasih (Paradiseae sp). Di Nusa Tenggara, terutama di pulau Komodo, terdapat reptilian terbesar yaitu komodo (Varanus komodoensis).
Sedangkan daerah peralihan meliputi daerah di sekitar garis Wallace yang terbentang dari Sulawesi sampai kepulauan Maluku, jenis hewannya antara lain tarsius (Tarsius bancanus), maleo (Macrocephalon maleo), anoa, dan babi rusa (Babyrousa babyrussa).
selengkapnya >>

pembuatan herbarium


PEMBUATAN HERBARIUM
Dalam kesempatan kali ini saya ingin menceritakan proses pembuatan herbarium yang baru saya pelajari sore tadi (29/11). Acara ini merupakan rangkaian dari EXACT (Experiment in Action) 2007 yang diadakan oleh KIR SMA Negeri 1 Bogor. Acaranya seru banget dan bermanfaat, karena diisi langsung oleh ahli dan ilmuwandari Kebun Raya Bogor, dan banyak hal yang tidak kami ketahui sebelumnya. Ditambah lagi dengan alat yang canggih dan laboratorium istimewa, membuat mata selalu berbinar dan penasaran apa fungsinya. Langsung aja deh ke proses pembuatan herbariumnya.
Perlu diketahui bahwa herbarium merupakan tempat penyimpanan tanaman yang telah diawetkan dengan cara dikeringkan. Herbarium ini berguna sebagai data asli dari suatu tanaman yang telah diidentifikasi. Bisa disebut museumnya tanaman lah. Tapi tanaman-tanaman yang terdapat di herbarium tidak selalu kuno dan selalu up to date.
Pertama, tentunya kita perlu alat dan bahan. Semua ini terdiri dari:
1. Gunting stek
2. Etiket gantung
3. Kertas Koran
4. Sasak kayu
5. Kantong plastik
6. Alkohol 70%
Proses pertama kali pembuatan herbarium adalah pengambilan. Syarat-syarat dalam pengambilan tanaman adalah tanaman harus lengkap. Lengkap disini adalah terdiri atas daun, bunga, dan buah. Perlu diketahui bahwa bunga lebih penting daripada buah, karena dari bunga kita dapat mengidentifikasi lebih baik didukung dengan data seperti jumlah mahkota, adanya putik/benangsari, dll.
Dalam pengambilan terdapat pula yang disebut antisipasi. Antisipasi dilakukan ketika tanaman yang ingin kita identifikasi tidak terdapat bunga atau buah. Maka yang kita lakukan adalah mengambil batang tanaman tersebut (ingat! Pemotongan batang berbentuk miring untuk menghindari penimbunan air hujan dan embun). dari pucuk daun kita dapat mengetahui rumpun atau suku dari tanaman tersebut.
Setelah bahan diambil, kita memasang etiket gantung (kertas bertali) untuk memberi data pada tanaman yang terdiri atas: nama (insial), tanggal pengambilan, dan nomor. Kita mengisi nomor pada data tersebut berurutan apabila dilakukan di hari, tanggal dan bulan yang sama. Apabila kita melakukan pengambilan keesokan harinya, makan no. mulai diurut dari awal kembali.

Proses kedua yaitu pengovenan.
Sebelum kita meng-oven daun/data yang kita miliki, kita harus  mempersiapkan alat-alat proses pengovenan yaitu sasak kayu yang teridi atas kayu, lembaran logam, kardus dan kertas koran. Perlu diketahui bahwa alur-alur yang terdapat dalam kertas kardus harus sama dengan alur pada lembaran logam. Kemudian bahan-bahan tersebut disusun sedemikian rupa dan kita taruh daun yang kita miliki di dalam kertas koran. Setelah ditumpuk kembali, sasak kayu kemudian diikat dengan tali tahan panas. Dalam satu sasak bisa memuat lebih dari satu spesimen atau data. Suhu dalam pengovenan mencapai 70 derajat Celcius dan dilakukan selama 2 hari. Apabila daun yang diidentifikasi besar dan tebal, maka bisa mencapai 3 hari. Ingat! Ketinggian alas permukaan koran ketika sudah ditumpuk harus sama antara daun dan batang untuk menghindari ketidaksamaan waktu pengeringan.
Setelah itu, kita masuk pada proses pengeplakan. Setelah daun kering, maka seluruh daun tersebut ditaruh di atas kertas dan ujung-ujung daun ditempel dengan selotip. Pada batang digunakan benang untuk mengikat agar tidak jatuh. Setelah proses pengeplakan selesai maka disimpan di lemari yang didesain khusus anti-serangga. Suhu seharusnya adalah 20 derajat Celcius, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa suhu diluar itu tidak apa-apa. Untuk spesimen dalam freezer, biasanya digunakan suhu 20 derajat Celcius.
Dalam lemari herbarium ini, banyak ditemukan tanaman-tanamn yang diawetkan sejak tahun 1800 hingga 1900-an. Pada masa itu pengawetan dilakukan dengan menggunakan cairan kimia sublimat. Namun sekarang telah dilarang penggunaanya karena dianggap berbahaya.
Sekian ulasan saya tentang herbarium, semoga dapat menambah wawasan kita semua tentang botani yang harus kita lindungi hingga akhir zaman.

MEMBUAT INSEKTARIUM
insectarium adalah sampel jenis serangga hidup yang ada di kebun binatang, atau museum atau pameran tinggal serangga. Insectariums sering menampilkan berbagai jenis serangga dan arthropoda yang mirip, seperti laba-laba, kumbang, kecoa, semut, lebah, kaki seribu, kelabang, jangkrik, belalang, serangga tongkat, kalajengking dan Belalang sembah alat2 dan bahan2nya mungkin belum tercantum, tetapi mungkin ini sangat membantu.
1.      Tangkaplah serangga dengan menggunakan jaring serangga. Hati-hati terhadap serangga yang berbahaya.
2.      Matikan serangga dengan jalan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang telah diberi kapas yang dibasahi kloroform.
3.      Serangga yang sudah mati dimasukkan ke dalam kantong atau stoples tersendiri. Kupu2 dan capung dimasukkan ke dalam amplop dengan hati2 agar sayapnya tidak patah.
4.      Suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin 5%. Sapulah  (dengan kuas) bagian tubuh luar dengan formalin 5%.
5.      Sebelum mengering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul.
6.      Pengeringan cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. Tancapkan jarum pentul pada plastik atau karet busa.
7.      Untuk belalang, rentangkan salah satu sayap ke arah luar. Untuk kupu-kupu, sayapnya direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal sehingga tampak indah. Begitu juga capung.
8.      Setelah kering, serangga dimasukkan ke dalam kotak insektarium (dari karton atau kayu). Di dalamnya juga dimasukkan kapur barus (kamper).
9.      Beri label (di sisi luar kotak) yang memuat catatan khusus lainnya.

Awetan kering tumbuhan disebut herbarium, sedang awetan insekta disebut insektarium. Hewan vertebrata dapat diawetkan dengan membuang otot dagingnya sehingga tinggal kilit dan rangkanya. Selanjutnya hewan di isi dan dibentuk sesuai aslinya. Awetan demikian disebut taksidermi.

1. Cara Membuat Herbarium (Awetan Kering Tumbuhan)
a)        Jika memungkinkan, kumpulkan tumbuhan secara lengkap, yaitu akar, batang, daun dan bunga. Tubuhan berukuran kecil dapat diambil seluruhnya secara lengkap. Tumbuhan beukuran besar cukup diambil sebagian saja, terutama ranting, daun, dan jika ada, bunganya.
b)        Semprotlah dengan alcohol 70% untuk mencegah pembusukan oleh bakteri dan jamur.
c)        Sediakan beberapa kertas Koran ukuran misalnya 32 × 48 cm.
d)       Atur dan letakkan bagian tumbuhan diatas Koran. Daun hendaknya menghadap ke atas dan sebagian menghadap ke bawah terhadap kertas Koran tersebut. Agar posisinya baik, dapat dibantu dengan mengikat tangkai/ranting dengan benang yang dijahitkan ke kertas membentuk ikatan.
e)        Tutup lagi dengan Koran. Deikian seterusnya hingga kalian dapat membuat beberapa lembar.
f)         Terakhir tutup lagi dengan Koran, lalu jepit kuat-kuat dengan kayu/bamboo, ikat dengan tali. Hasil ini disebut specimen.
g)        Simpan selama 1-2 minggu ditempat kering dan tidak lembab.

Catatan:
a)        Di udara lembab, specimen dijemur dibawah terik matahari atau didekat api.
b)        Secara periodic gantilah kertas Koran yang lembab/basah dengan yang kering beberapa kali. Kertas yang lembab dapat dijemur untuk digunakan beberapa kali.
c)        Jangan menjemur dengan membuka kertas Koran yang menutupinya. Menjemur specimen tidak boleh terlalu lama sebab proses pengeringan yang terlalu cepat hasilnya kurang baik.
d)       Jika telah kering, ambil specimen tumbuhan dan tempelkan di atas kertas karton ukuran32 × 48 cm. Caranya harus pelan-pelan dan hati-hati. Bagian-bagian tertentu dapat diisolasi agar dapat melekat pada kertas herbarium.
e)        Buatlah tabel yang memuat: nama kolektor, nomor koleksi (jika banyak), tanggal, nama specimen (ilmiah, daerah), nama suku/famili dan catatan khusus tentang bunga, buah atau ciri lainnya.
f)         Tutup herbarium dengan plastic.
g)        Jika disimpan, tumpukan herbarium harus diberi kapur barus (kamfer).

B. Cara Membuat Insektarium
a)        Tangkaplah serangga misal(kupu-kupu atau capung) dengan menggunakan jaring serangga.  Hati-hati terhadap serangga berbahaya.
b)        Matikan serangga dengan jalan memasukkan kedalam kantong plastic yang telah diberi  kapas yang dibasahi kloroform.
c)        Serangga yang sudah mati dimasukkan kedalam kantong tersendiri/stoples. Kupu-kupu dan  capung dimasukkan kedalam amplop dengan hati-hati agar sayapnya tidak patah.
d)       Suntiklah tubuh/badan serangga dengan formalin 5%. Sapulah bagian tubuh luar dengan formalin 5%.
e)        Sebelum mongering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul.
f)         Jika menggunakan belalang, rentangkan salah satu sayap kearah luar. Jika menggunakan kupu-kupu, sayapnya direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal, sehingga tampak indah. Demikian pula jika menggunakan capung.
g)        Pengering cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. Tancapkan jarum pentul  pada busa.
h)        Setelah kering, serangga dimasukkan ke dalam kotak insektarium (dari karton atau kayu). Ke dalam kotak insektarium dimasukkan kapur barus (kamfer).
i)          Beri label (tempelkan di sisi luar kotak) yang memuat: nama kolektor, nomor koleksi, tanggal pembuatan, nama serangga (ilmiah, daerah) nama suku/familia dan catatan khusus lainnya.

selengkapnya >>

09 Oktober, 2010

ekowisata indonesia

Ekowisata Indonesia bertujuan untuk mempromosikan kegiatan pengembangan ekowisata yang ada di Indonesia. Informasi yang disajikan meliputi:
Pengetahuan Ekowisata yang membahas mengenai definisi dan pengertian ekowisata, prinsip-prinsip ekowisata, kebijakan ekowisata, kriteria ekowisata, garis besar pedoman ekowisata, dan juga konsep-konsep ekowisata.
Study Kasus Ekowisata yang menampilkan mengenai proyek-proyek pengembangan ekowisata berbasis komunitas baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di negara-negara lain. Mudah-mudahan kita dapat belajar dari pengalaman orang lain dalam pengembangan ekowisata. Untuk tahap awal baru sempat kami sajikan satu kasus, yaitu Proyek Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Pulau Bintan.
Daerah Tujuan Ekowisata, berisi mengenai daerah-daerah tujuan wisata ekologi atau ekowisata dan siapa saja yang menjadi pelaku ekowisata di di setiap daerah tujuan. Data yang sudah kami miliki terdiri dari Ekowisata di Bali, Bintan, Sulawesi Selatan, Kalimantan, Lombok, Sumatera Utara dan Jawa Barat. Data-datanya akan ditampilkan secara bertahap. Disampingkan itu, juga kami akan mencoba menginventarisir data mengenai eco-lodge (pondok eko wisata) atau eco-hotel (hotel wisata berbasis alam) yang ada di Indonesia.
Buku Ekowisata, merupakan link ke beberapa website yang menyediakan bahan-bahan pelajaran yang terkait dengan ekowisata. Buku-buku dan materi ekowisata lainnya dapat di down load secara gratis, tapi semua literatur menggunakan pengantar bahasa Inggris. Selain buku ekowisata, juga tersedia Diktat Ekowisata.
Gallery Ekowisata yaitu foto-foto dokumentasi terkait dengan pengembangan ekowisata berbasis komunitas di berbagai daerah.
Link Ekowisata, menyajikan Link ke website lain relevan dengan Ekowisata.
Jika Anda memiliki data atau informasi yang terkait dengan ekowisata dan ingin ditampilkan dalam website ini, anda dapat mengirimkan data melalui email ke ekowisata@telkom.net. Data yang anda kirimkan akan secepatnya ditampilkan dalam website ini. Sumbangan data dan informasi dari anda akan dapat membantu perkembangan kegiatan ekowisata di Indonesia.

untuk lebih lengkap mengenai Ekowisata Indonesia silahkan klik di sini.
selengkapnya >>

05 Oktober, 2010

9 NILAI DASAR RIMBAWAN


9 NILAI DASAR RIMBAWAN
Untuk membangkitkan semangat bekerja yang baik dibutuhkan stimulus atau rangsangan yang positif baik yang berasal dari dirinya sendiri atau lingkungan. Dari organisasinya sendiri maupun dari lembaga lain, jika itu dirasa baik. Seorang pustakawan perlu memandang lembaga pelayanan masyarakat yang lain jika lembaga tersebut lebih memukau.
Berikut ini ada sembilan nilai dasar rimbawan atau ahli hutan yang harus dihayati, dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh rimbawan:
1.      Jujur: Adalah sikap ketulusan hati dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan.
2.      Tanggungjawab:Adalah kemampuan dan kemauan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu serta berani memikul akibat atas putusan dan tindakan yang dilakukan.
3.      Ikhlas: Adalah sikap rela untuk berbuat yang positif bagi orang lain, yang datang dari sanubari
4.      Disiplin: Adalah sikap mental yang tercermin dalam perilaku kepatuhan dan ketaatan terhadap aturan kerja, hukum dan norma kehidupan bermasyarakat.
5.      Visioner: Adalah mempunyai wawasan atau pandangan jauh ke masa depan dan arah tujuan yang ingin dicapai.
6.      Adil: Adalah perbuatan yang dilandasi rasa tidak sewenang-wenang, tidak memihak, dan secara proporsional sesuai dengan peraturan yang berlaku.
7.      Peduli: Adalah sikap memperhatikan orang lain dan lingkungan.
8.      Kerjasama: Adalah kemauan dan kemampuan untuk bekerjasama dengan semua pihak untuk mencapai hasil guna dan daya guna yang optimal
9.      Profesional: Adalah kemampuan konseptual, analisis dan teknis dalam bekerja yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan , sehingga putusan dan tidakannya didasari atas rasionalitas dan etika profesi.




DEPHUT, 2007
selengkapnya >>