homephoto grallerybuku tamulinktentang kamihome

14 Juli, 2009

minyak tengkawang

ARTIKEL BHHBK

MINYAK TENGKAWANG

Oleh : Laurio Leonald

2006071448

A. Latar Belakang

Biji tengkawang (Borneo Illipe nut) merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang penting sebagai bahan baku lemak nabati. Karena sifatnya yang khas, lemak tengkawang berharga lebih tinggi dibanding minyak nabati lain seperti minyak kelapa dan digunakan sebagai bahan pengganti minyak coklat, bahan lipstik, minyak makan dan bahan obat-obatan. Penanaman tengkawang sudah saatnya dilaksanakan terutama di Kalimantan mengingat pohon tersebut merupakan pohon khas Kalimantan dan bijinya bernilai tinggi, sampai sekarang biji tengkawang dipungut dari pohon tengkawang yang tumbuh di hutan alam. Sebagai hasil tambahan bila produksi biji telah menurun, kayunya dapat dipungut untuk dimanfaatkan sebagai salah satu jenis kayu bernilai tinggi yang banyak diminati baik untuk penghara industri kayu lapis maupun industri kayu gergajian. Shorea stenoptera Burck merupakan jenis yang telah dikenal baik sebagai penghasil biji tengkawang yang telah diperniagakan secara luas, terutama untuk tujuan ekspor.

Minyak tengkawang diperoleh dari biji buah pohon tengkawang (Shorea sp. dan Isoptera sp.) antara lain tengkawang tungkul (Shorea stenoptera Burck), tengkawang majau (Shorea lepidota BI), tengkawang Liyar (Shorea gysbertsiana Burck), tengkawang terendak (Shorea seminis), termasuk dalam famili Dipterocapaceae.

Minyak tengkawang diperoleh dari biji tengkawang yang telah kering yang diperas hingga keluar lemaknya.

B. Morfologi dan Kandungan Bahan

Kerajaan : Plantae

(tidak termasuk) Eudicots

(tidak termasuk) Rosids
Ordo : Malvales
Famili : Dipterocarpaceae
Upafamili : Dipterocarpoideae
Genus : Shorea


Sifat kimia fisika

Sifat-sifat Fisika-Kimia Minyak Tengkawang adalah :

Karakteristik

Nilai

Titik cair mula-mula (oC)
Titik cair akhir (oC)
Titik beku (oC)
Titre test
Indeks bias pada 40 oC
Bilangan penyabunan
Bilangan tidak tersabunkan (%)
Bilangan Iod
Bilangan Bartya
Asam lemak bebas (%)

30-36
35-39
28-32
50-52
45-47
188-207
0,7-2,0
29-38
8-15
5-25

Komposisi

Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Tengkawang

Asam lemak

Shorea stenoptera

Shorea robusta

Asam lemak jenuh (%)

Asam miristat

Asam palmitat

Asam stearat

Asam arachidat

Asam lemak tak jenuh (%)

Asam oleat

Asam linoleat

-

18.0

43.3

1.1

37.4

0.2

-

4.5

44.2

6.3

42.2

2.8

C. Bahan dan Peralatan

1). Bahan

· Biji Tengkawang yang sudah tua.

· Air

· Kertas saring berlapis magnesium karbonat\

2). Peralatan

· Alat suling pengukus. Alat ini digunakan untuk menyuling minyak atsiri cassiavera dengan metode pengukusan. Bagian-bagian utama dari alat penyulingan ini ialah:

a. Ketel suling

b. Pengembun uap (kondensor): penampung hasil pengembunan

· Botol kaca berwarna gelap atau jerigen lastic kualitas tinggi.

D. Tekhnologi pengolahan Minyak Tengkawang

Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-bermacam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical dan solvent extraction.

1. Rendering

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk menggumpulkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya.

3. Wet Rendering

Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunkan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 samapai 60 pound tekanan uap(40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatakn pada ketel yang diperlengkapi dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan perlahan-perlahan sampai suhu 50 C sambil diaduk. Minyak yang teresktraksi akan naik ke atas dan kemudian dipisahkan. Air dan bahan yang akan diekstrasi dimasukkan ke dalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound selama 4-6 jam.

4. Dry Rendering

Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Dry rendering dilakukaan dalam ketel yang terbuka dan diperlengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk(agitator). Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanasi sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220 F (105 C-110 C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan dari bagian atas ketel.

5. Pengepresan Mekanis

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 persen). Pada penepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.

6. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)

Pada cara hydraulyc pressing, bahan dipress dengan tekanan sekitar 2000 pon/inc2. Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung lamanya pengepresan. Tekanan yang digunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan minyak yang tersisa pada bungkil sekitar 4-6% tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidroulik.

7. Pengepresan Berulir (Ekspeller Press)

Cara ekspeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan yang berlangsung pada temperatur 2400F dengan tekanan sekitar 15-20 ton/in. Kadar air atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5%. Sedangkan bungkil dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5%. Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan secara mekanik atau secara sentrifusi.

8. Ekstraksi Dengan Pelarut

Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak rendah yaitu sekitar 1% atau lebih rendah dan mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah pelarut petrolium eter, gas olin karboni sulfida. Karbon tetraklorida, benzen, dan n- heksana. Perlu diperhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang lebih dari 5%.

9. Pemurnian Minyak

Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang dan memperpanjang massa simpan minyak sebelum dikonsumsi sebelum digunkan sebagai bahan mentah dalam industri.

Pada umumnya minyak untuk tujuan bahan pangan dimurnikan melalui tahap proses sebagai berikut :

1. Pemisahan bahan berupa suspensi dan dispersi koloid dengan cara penguapan, degumming dan pencucian dengan asam.

2. Pemisahan asam lemak bebas dengan cara netralisasi.

3. Dekolorisasi dengan proses pemucatan.

4. Deodorisasi.

5. Pemisahan gliserida jenuh (stearin) dengan cara pendingin (chilling).

1 komentar:

  1. agar supaya tidak terjadinya penyusutan terhadap buah tengkawang saat pengiriman, apakah ada caranya?

    BalasHapus