homephoto grallerybuku tamulinktentang kamihome

11 Februari, 2010

PENYEBAB HILANGNYA BIODIVERSITAS

Penyebab Hilangnya Biodiversitas
Kelebihan penduduk
Prediksi demografi menunjukkan bahwa populasi manusia belum akan stabil sebelum mencapai level yang lebih tinggi. Prediksi ini mengandaikan tidak ada bencana yang hebat (kelaparan atau penyakit, perang dsb.) yang menyebabkan pengurangan secara drastis jumlah umat manusia. Laju pertambahan penduduk sudah barang tentu akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan mengancam kelangsungan hidup hewan dan tumbuhan. Masalah kependudukan bukan karena hanya terlalu banyak manusia, tetapi lebih banyak manusia daripada daya dukung bumi. Meskipun teknik keluarga berencana sangat efektif dalam mengendalikan jumlah penduduk, tetapi seringkali pelayanan ini tidak tersedia bagi keluarga miskin di dunia sedang berkembang. Di samping itu pendidikan sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran dalam pembatasan jumlah anak dalam keluarga, serta peningkatan prospek kemajuan ekonomi bagi keluarga
yang memiliki anak yang lebih sedikit.
Di masa depan penggunaan lahan dan sumberdaya dimungkinkan pada tingkat perkembangan penduduk yang stabil, sedikit perluasan industri, dan teknologi diarahkan pada reorganisasi dan penataan aktivitas untuk mencapai kondisi lingkungan yang lebih baik. Beberapa negara telah mencapai tingkat jumlah penduduk yang stabil seperti Perancis, Swedia, Swis, Irlandia, tetapi perluasan industri masih berlangsung di negara-negara ini, tetapi fase ekspansi ini tidak dapat berlangsung terus tanpa batas. Keterbatasan ekologi untuk pertumbuhan pada ruang dan sumberdaya yang terbatas akan menghentikan ekspansi ini.

Konsumsi berlebihan
Banyak orang percaya bahwa dunia berada diujung kehancuran lingkungan karena konsumsi berlebihan dan penyalahgunaan sumberdaya alam. Yang menghawatirkan adalah bahwa teknologi hanyalah sebagian dari solusi masalah.
Studi yang pernah dilakukan baru-baru ini yang berjudul “Beyond the Limit” menggunakan pemodelan komputer untuk memprediksi dampak karena pola hidup yang sekarang berlangsung. Sebagai dasar penelitian adalah laju pertambahan penduduk, penggunaan sumberdaya dan tingkat polusi yang sedang berlangsung.

Skenario 1: diandaikan semuanya berlangsung seperti saat ini, hasilnya kehancuran karena kehilangan sumberdaya tak terbaharukan

Skenario 2: diandaikan tersedianya sumberdaya alam hanya separuhnya, hasilnya juga kehancuran bukan karena kehabisan sumberdaya alam, tetapi polusi menyebabkan penurunan kesuburan lahan secara masif.

Skenario 3: diandaikan tekonologi dapat mengatasi tingkat polusi yang rendah, tetapi pada waktu yang sama populasi meningkat sampai level terlalu tinggi untuk diberi makan.

Dari beberapa skenario yang dibuat semuanya berakhir dengan kehancuran, kecuali skenario yang membatasi produksi materi dan populasi dan penciptaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya
alam, menurunkan polusi dan pengendalian erosi, serta meningkatkan hasil lahan.

Struktur yang tidak efektif

Dengan mempertimbangkan kemajuan teknologi dan ilmu, kita dapat memperkirakan bahwa pada suatu saat bumi kita akan memiliki jumlah penduduk relatif stabil dan dengan tingkat hidup yang tinggi, sementara kehidupan alami tetap mampu bertahan dan berlangsung.
Tetapi pada saat ini pandangan optimistik tersebut bukan suatu realitas yang ada. Sebetulnya tingkat pengetahuan sekarang ini sudah lebih dari cukup untuk menyelesaikan problem lingkungan. Masalahnya adalah justru bukan mengenai ilmu dan teknologi, tetapi lebih pada pengaturan dan berfungsinya lembaga-lembaga yang diciptakan oleh manusia dan sikap dari individu manusia itu sendiri.
Sementara penelitian terus berlangsung di berbagai universitas dan lembaga penelitian di dunia, hutan hujan tropis dan terumbu karang terus mengalami kerusakan sedemikian rupa seolah-olah ilmu pengetahuan mengenai hutan hujan tropis dan terumbu karang belum tersedia. Tampaknya pengetahuan yang telah tersedia tidak mencapai atau berpengaruh pada kelakuan kebanyakan manusia di bumi. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah kegagalan masyarakat untuk mengendalikan penggunaan sumberdaya tanah, air dan yang lain. Cara-cara yang efektif untuk mengendalikan penggunaan lahan tidak tersedia di banyak negara; undang-undang dan regulasi (bila ada) yang memungkinkan pemerintah melakukan pengendalian, sering kali tidak efektif. Penyelesaian konflik bukan di dalam lingkup ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi lebih mengarah kepada sikap dan nilai masyarakat yang sulit berubah dalam waktu singkat.
Pada kebanyakan orang, krisis lingkungan yang kompleks ini bukan hanya akibat dari faktor-faktor ekonomi, politik dan sosial. Ini juga merupakan krisis moral dan spiritual, yang penyelesaiannya juga memerlukan pemahaman filosofi dan keagamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar