LINGKUNGAN HUTAN TROPIS
A. Lokasi Hutan Tropis
Secara geografis daerah tropis mencakup wilayah yang terletak di antara titik balik rasi bintang Cancer dan rasi bintang Capricornus, yaitu antara 23°27’ Lintang Utara dan 23°27’ Lintang Selatan. Meliputi wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, Australia bagian Utara, sebagian besar wilayah Afrika, Kepulauan Pasifik, Amerika Tengah dan sebagian besar wilayah Amerika Selatan.
Menurut Koeppen (1930) daerah tropis adalah wilayah yang terletak di antara garis isoterm 180 C bulan terdingin. Daerah tropis secara keseluruhan mencakup 30 % dari luas permukaan bumi. Hutan Tropis merupakan hutan yang berada di daerah tropis.
Secara geografis daerah tropis mencakup wilayah yang terletak di antara titik balik rasi bintang Cancer dan rasi bintang Capricornus, yaitu antara 23°27’ Lintang Utara dan 23°27’ Lintang Selatan. Meliputi wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, Australia bagian Utara, sebagian besar wilayah Afrika, Kepulauan Pasifik, Amerika Tengah dan sebagian besar wilayah Amerika Selatan.
Menurut Koeppen (1930) daerah tropis adalah wilayah yang terletak di antara garis isoterm 180 C bulan terdingin. Daerah tropis secara keseluruhan mencakup 30 % dari luas permukaan bumi. Hutan Tropis merupakan hutan yang berada di daerah tropis.
B. Faktor Iklim
Di bawah ini akan diuraikan beberapa faktor iklim daerah tropis yang erat kaitannya dengan aspek silvikultur.
1.Temperatur
Suhu udara rata-rata tahunan di daerah tropis umumnya tinggi (di atas 180°C dengan perubahan antara suhu rata-rata pada bulan terpanasdan terdingin sangat rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa di daerah tropis ini suhu udara hampir sama sepanjang tahun. Perubahan suhu harian, antara suhu minimum dan maksimum harian cukup tinggi. Sebagai contoh disampaikan keadaan temperatur udara di Bogor (300 m dpl) sebagai berikut :
Di bawah ini akan diuraikan beberapa faktor iklim daerah tropis yang erat kaitannya dengan aspek silvikultur.
1.Temperatur
Suhu udara rata-rata tahunan di daerah tropis umumnya tinggi (di atas 180°C dengan perubahan antara suhu rata-rata pada bulan terpanasdan terdingin sangat rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa di daerah tropis ini suhu udara hampir sama sepanjang tahun. Perubahan suhu harian, antara suhu minimum dan maksimum harian cukup tinggi. Sebagai contoh disampaikan keadaan temperatur udara di Bogor (300 m dpl) sebagai berikut :
Suhu Rata-Rata Bulanan | |
Maksimum (Juli) | 25,3°C |
Minimum (Juni) | 24,3°C |
Perbedaan | 1,0°C |
Suhu Rata-Rata Harian | |
Maksimum (Pkl 14.00) | 32,4°C |
Minimum (Pkl 06.00) | 23,4°C |
Perbedaan | 9,0°C |
Perbedaan suhu akan berkaitan pula dengan tinggi tempat di atas permukaan laut (d.p.l). Semakin tinggi suatu tempat suhu akan semakin turun, rata-rata setiap penambahan tinggi suatu sebesar 100 m suhu akan turun 0,4 – 0,7°C.
2. Curah Hujan
Curah hujan di daerah tropis umumnya tinggi. Di sekitar equator (Lintang 00) mempunyai curah hujan yang tertinggi dan semakin jauh dari equator curah hujan akan semakin berkurang.
Matahari akan berada tepat diatas equator (zenit) dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret dan September. Pada saat matahari berada tepat di atas equator akan terjadi pemanasan yang tinggi, udara lembab akan bergerak naik dan menjadi dingin sehingga akan terbentuk awan yang selanjutnya akan turun kembali sebagai hujan.
Pembentukan awan hujan juga dipengaruhi oleh angin, yaitu angin Pasat Timur Laut dan angin Pasat Tenggara, dan untuk daerah Asia Tenggara dipengaruhi pula oleh adanya angin Monsun (angin Musim), yaitu angin Monsun Timur Laut dan angin Monsun Tenggara.
Adanya angin tersebut akan menimbulkan adanya periodisasi curah hujan, yaitu adanya musim penghujan dan musim kemarau. Hal ini mempunyai arti penting baik bagi vegetasi secara umum maupun dalam hal pemanfaatan lahan.
Besar kecilnya curah hujan di daerah tropis juga dipengaruhi oleh tinggi tempat dan jarak tempat dari permukaan laut. Pada suatu wilayah pegunungan curah hujan akan semakin besar dengan bertambahnya ketinggian tempat namun pada tempat yang lebih tinggi lagi curah hujannya semakin berkurang (Lauer, 1976 dalam Weidelt, 1995).
Ciri lain curah hujan di wilayah tropis adalah adalah tingginya intensitas curah hujan. Sebagai contoh : tahun 1974 di daerah Honduras terjadi curah hujan sebesar 1.000 mm dalam kurun waktu 48 jam, di Baguio (Filiphina) tercatat curah hujan sebesar 1.130 mm dalam 24 jam dan di Venezuela sebesar 1.200 mm hanya dalam jangka waktu 4 jam.
3. Cahaya
Daerah tropis mempunyai lama penyinaran matahari yang tinggi dan merata sepanjang tahun dengan perbedaan yang sangat rendah. Radiasi sinar matahari dengan intensitas yang tinggi akan berkurang dengan adanya awan dan kelembaban udara yang tinggi.
Di Hutan hanya pohon-pohon yang tertinggi saja yang menerima cahaya secara penuh. Perlindungan terhadap tingginya intensitas cahaya dilakukan antara lain : warna daun muda yang merah kecoklatan, panphotometri dan adanya permukaan tajuk yang mengkilat.
Pada lapisan tajuk bagian bawah intensitas cahaya akan semakin berkurang dan intensitas cahaya yang dapat mencapai permukaan tanah hanya sekitar 1%. Cahaya merupakan faktor yang sangat penting terutama untuk ruangan di antara lapisan tajuk bagian tengah dan permukaan tanah, dimana pada ruangan tersebut terdapat permudaan berbagai jenis pohon.
C. Tanah
Hutan Tanah hutan tropis mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis tanah di wilayah iklim yang lain, oleh sebab itu tanah hutan tropis dapat dipisahkan dalam satu cabang keilmuan tersendiri, yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi silvikultur hutan tropis.
Perkembangan tanah yang berlangsung sangat lama dan tanpa adanya gangguan, tingginya curah hujan dan suhu udara menyebabkan terjadinya proses pelapukan yang intensif dan pencucian yang dalam. Akibatnya tanah hutan tropis mengandung unsur-unsur hara yang sangat berbeda dengan batuan induknya, miskin akan unsur mineral dan mempunyai kandungan Fe dan Al yang tinggi.
Kandungan mineral Liat Sekunder (kaolinit dan gibsit) cukup tinggi dan apabilan dibandingkan dengan mineral lempung primer (illit dan montmorilonit), mineral sekunder tersebut mempunyai Kapasitas Pertukaran Kation (KTK) yang lebih rendah. Fungsi penyimpanan unsur hara pada hutan tropis yang belum terganggu dilakukan oleh lapisan humus. Lapisan humus ini mempunyai KTK yang sangat tinggi, lebih tinggi dibandingkan illit dan montmorilonit.
Walaupun produktivitas bahan organik di daerah tropis sangat tinggi (sekitar 10-20 ton/ha/tahun), tetapi hutan tidak kaya akan humus. Lapisan humus hanya terbatas pada lapisan tanah bagian atas. Pelapukan yang diikuti dengan proses mineralisasi berlangsung cepat (hanya dalam beberapa bulan); sekitar 0,4-0,6% per hari di hutan dataran rendah dan antara 0,2-0,4 persen per hari di hutan dataran tinggi. Adanya proses tersebut menyebabkan kandungan humus selalu mencukupi, yang selanjutnya akan mendukung penyediaan unsur hara untuk vegetasi di atasnya.
Unsur hara yang dapat dimanfaatkan tumbuhan hanya ada dipermukaan tanah, terkonsentrasi pada lapisan humus. Penyerapan unsur hara tersebut oleh tumbuhan didukung adanya sistem perakaran dengan akar rambut yang tebal dan adanya mikoriza. Hal ini menyebabkan penyerapan unsur hara oleh tumbuhan menjadi lebih optimal.
Dengan adanya proses pemupukan alami dan didukung sistem penyerapan unsur hara yang optimal tanah hutan tropis yang miskin mampu mendukung kehidupan tegakan diatasnya. Dapat dikatakan bahwa dalam siklus hara yang tertutup tersebut kandungan unsur hara terbesar terletak pada vegetasi atau tegakan hutan. Penelitian Ruhiyat (1983) di Kalimantan Timur tentang komposisi unsur hara di dalam tanah dan pada vegetasi adalah sebagai berikut :
2. Curah Hujan
Curah hujan di daerah tropis umumnya tinggi. Di sekitar equator (Lintang 00) mempunyai curah hujan yang tertinggi dan semakin jauh dari equator curah hujan akan semakin berkurang.
Matahari akan berada tepat diatas equator (zenit) dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret dan September. Pada saat matahari berada tepat di atas equator akan terjadi pemanasan yang tinggi, udara lembab akan bergerak naik dan menjadi dingin sehingga akan terbentuk awan yang selanjutnya akan turun kembali sebagai hujan.
Pembentukan awan hujan juga dipengaruhi oleh angin, yaitu angin Pasat Timur Laut dan angin Pasat Tenggara, dan untuk daerah Asia Tenggara dipengaruhi pula oleh adanya angin Monsun (angin Musim), yaitu angin Monsun Timur Laut dan angin Monsun Tenggara.
Adanya angin tersebut akan menimbulkan adanya periodisasi curah hujan, yaitu adanya musim penghujan dan musim kemarau. Hal ini mempunyai arti penting baik bagi vegetasi secara umum maupun dalam hal pemanfaatan lahan.
Besar kecilnya curah hujan di daerah tropis juga dipengaruhi oleh tinggi tempat dan jarak tempat dari permukaan laut. Pada suatu wilayah pegunungan curah hujan akan semakin besar dengan bertambahnya ketinggian tempat namun pada tempat yang lebih tinggi lagi curah hujannya semakin berkurang (Lauer, 1976 dalam Weidelt, 1995).
Ciri lain curah hujan di wilayah tropis adalah adalah tingginya intensitas curah hujan. Sebagai contoh : tahun 1974 di daerah Honduras terjadi curah hujan sebesar 1.000 mm dalam kurun waktu 48 jam, di Baguio (Filiphina) tercatat curah hujan sebesar 1.130 mm dalam 24 jam dan di Venezuela sebesar 1.200 mm hanya dalam jangka waktu 4 jam.
3. Cahaya
Daerah tropis mempunyai lama penyinaran matahari yang tinggi dan merata sepanjang tahun dengan perbedaan yang sangat rendah. Radiasi sinar matahari dengan intensitas yang tinggi akan berkurang dengan adanya awan dan kelembaban udara yang tinggi.
Di Hutan hanya pohon-pohon yang tertinggi saja yang menerima cahaya secara penuh. Perlindungan terhadap tingginya intensitas cahaya dilakukan antara lain : warna daun muda yang merah kecoklatan, panphotometri dan adanya permukaan tajuk yang mengkilat.
Pada lapisan tajuk bagian bawah intensitas cahaya akan semakin berkurang dan intensitas cahaya yang dapat mencapai permukaan tanah hanya sekitar 1%. Cahaya merupakan faktor yang sangat penting terutama untuk ruangan di antara lapisan tajuk bagian tengah dan permukaan tanah, dimana pada ruangan tersebut terdapat permudaan berbagai jenis pohon.
C. Tanah
Hutan Tanah hutan tropis mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis tanah di wilayah iklim yang lain, oleh sebab itu tanah hutan tropis dapat dipisahkan dalam satu cabang keilmuan tersendiri, yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi silvikultur hutan tropis.
Perkembangan tanah yang berlangsung sangat lama dan tanpa adanya gangguan, tingginya curah hujan dan suhu udara menyebabkan terjadinya proses pelapukan yang intensif dan pencucian yang dalam. Akibatnya tanah hutan tropis mengandung unsur-unsur hara yang sangat berbeda dengan batuan induknya, miskin akan unsur mineral dan mempunyai kandungan Fe dan Al yang tinggi.
Kandungan mineral Liat Sekunder (kaolinit dan gibsit) cukup tinggi dan apabilan dibandingkan dengan mineral lempung primer (illit dan montmorilonit), mineral sekunder tersebut mempunyai Kapasitas Pertukaran Kation (KTK) yang lebih rendah. Fungsi penyimpanan unsur hara pada hutan tropis yang belum terganggu dilakukan oleh lapisan humus. Lapisan humus ini mempunyai KTK yang sangat tinggi, lebih tinggi dibandingkan illit dan montmorilonit.
Walaupun produktivitas bahan organik di daerah tropis sangat tinggi (sekitar 10-20 ton/ha/tahun), tetapi hutan tidak kaya akan humus. Lapisan humus hanya terbatas pada lapisan tanah bagian atas. Pelapukan yang diikuti dengan proses mineralisasi berlangsung cepat (hanya dalam beberapa bulan); sekitar 0,4-0,6% per hari di hutan dataran rendah dan antara 0,2-0,4 persen per hari di hutan dataran tinggi. Adanya proses tersebut menyebabkan kandungan humus selalu mencukupi, yang selanjutnya akan mendukung penyediaan unsur hara untuk vegetasi di atasnya.
Unsur hara yang dapat dimanfaatkan tumbuhan hanya ada dipermukaan tanah, terkonsentrasi pada lapisan humus. Penyerapan unsur hara tersebut oleh tumbuhan didukung adanya sistem perakaran dengan akar rambut yang tebal dan adanya mikoriza. Hal ini menyebabkan penyerapan unsur hara oleh tumbuhan menjadi lebih optimal.
Dengan adanya proses pemupukan alami dan didukung sistem penyerapan unsur hara yang optimal tanah hutan tropis yang miskin mampu mendukung kehidupan tegakan diatasnya. Dapat dikatakan bahwa dalam siklus hara yang tertutup tersebut kandungan unsur hara terbesar terletak pada vegetasi atau tegakan hutan. Penelitian Ruhiyat (1983) di Kalimantan Timur tentang komposisi unsur hara di dalam tanah dan pada vegetasi adalah sebagai berikut :
VEGETASI K 70% Mg 73% Ca 94% N 16% | |
---|---|
| | | | | |
TANAH K 30% Mg 27% Ca 6% N 84% |
Gambar Hubungan Kandungan Unsur Hara di dalam Vegetasi dan di dalam Tanah
Sumber : Ruhiyat (1983) dalam Weidelt (1995)
Peranan vegetasi dalam ekosistem hutan tropis ini akan semakin terlihat apabila sistem atau siklus hara tertutup tersebut mengalami gangguan, sebagai contoh adalah adanya perladangan berpindah. Sistem perladangan berpindah yang dilakukan dengan tebas dan bakar (slash and burn) pada awalnya kesuburan tanahnya tinggi, bahan-bahan organik yang terbakar berfungsi pula sebagai pupuk. Namun dalam kasus ini tanah hutan akan kehilangan fungsinya, yaitu fungsi-fungsi penyaring dan pemompa. Akan lebih parah lagi apabila lapisan humus yang ada juga mengalami kerusakan , hal ini menyebabkan turunnya KPK. Hal lain yang hilang karena kebakaran adalah mikoriza dalam tanah. Kesuburan tanah akan menurun setelah panen pertama dan apabila dilanjutkan tanah akan semakin kurus atau tandus.
D. Peranan Manusia
Campur tangan manusia pada ekosistem hutan alam pada umumnya merupakan gangguan terhadap ekosistem tersebut. Bentuk campur tangan tersebut dapat berupa perladangan berpindah, konversi untuk penggunaan yang lain, kegiatan pembalakan hutan dan lain-lain.
Perladangan berpindah merupakan sistem pemanfaatan landang tradisional. Sistem ini tidak hanya dikenal di Indonesia, namun dilakukan pula di beberapa daerah tropis lainnya, seperti Filiphina dengan istilah Kaingin, Mexiko dan Amerika Tengah dengan istilah Milpa, di Venezuela dengan istilah Conuco, di Kolumbia disebut Colono dan di Brasilia dengan istilah Roca.
Konversi hutan tropis untuk penggunaan yang lain juga banyak terjadi. Sebagai contoh adalah perubahan lahan hutan tropis menjadi padang rumput untuk kepentingan peternakan. Perubahan menjadi areal penggembalaan tidak hanya merusak vegetasi namun juga mengakibatkan kerusakan tanah hutan tropis.
Pengaruh yang lain adalah adanya pemanfaatan hasil hutan oleh manusia, baik dalam bentuk kayu (kayu perkakas, kayu bakar) dan juga pemanfaatan hasil hutan non kayu. Kebutuhan kayu sebagai bahan bakar (kayu bakar) di negara-negara tropis sangat tinggi. Lebih dari 80 % konsumsi kayu adalah untuk kayu bakar.
E. Faktor Abiotis dan Faktor Biotis Lainnya
Faktor-faktor lain yang berpengaruh, baik faktor abiotis dan faktor biotis mencakup angin, aktivitas vulkanik, api serta binatang.
1. Angin
Angin dapat pula dimasukkan dalam faktor iklim. Efek Mekanis dan fisiologis angin terhadap vegetasi seperti halnya yang terjadi pada wilayah iklim campuran. Hal yang tidak dapat dibandingkan adalah seringnya terjadi badai di daerah tropis atau siklon tropis. Adanya siklon ini sangat membahayakan tegakan, tidak hanya merusak hutan alam yang ada, merusak suksesi yang telah berlangsung dan bahkan lebih berbahaya untuk hutan tanaman.
Hutan dapat mengurangi kecepatan pergerakan angin. Freise (1936) dalam Weidelt (1995) telah mengukur kecepatan angin di hutan hujan tropis di wilayah Brasilia bagian Selatan. Hasil Pengukuran adalah sebagai berikut :
D. Peranan Manusia
Campur tangan manusia pada ekosistem hutan alam pada umumnya merupakan gangguan terhadap ekosistem tersebut. Bentuk campur tangan tersebut dapat berupa perladangan berpindah, konversi untuk penggunaan yang lain, kegiatan pembalakan hutan dan lain-lain.
Perladangan berpindah merupakan sistem pemanfaatan landang tradisional. Sistem ini tidak hanya dikenal di Indonesia, namun dilakukan pula di beberapa daerah tropis lainnya, seperti Filiphina dengan istilah Kaingin, Mexiko dan Amerika Tengah dengan istilah Milpa, di Venezuela dengan istilah Conuco, di Kolumbia disebut Colono dan di Brasilia dengan istilah Roca.
Konversi hutan tropis untuk penggunaan yang lain juga banyak terjadi. Sebagai contoh adalah perubahan lahan hutan tropis menjadi padang rumput untuk kepentingan peternakan. Perubahan menjadi areal penggembalaan tidak hanya merusak vegetasi namun juga mengakibatkan kerusakan tanah hutan tropis.
Pengaruh yang lain adalah adanya pemanfaatan hasil hutan oleh manusia, baik dalam bentuk kayu (kayu perkakas, kayu bakar) dan juga pemanfaatan hasil hutan non kayu. Kebutuhan kayu sebagai bahan bakar (kayu bakar) di negara-negara tropis sangat tinggi. Lebih dari 80 % konsumsi kayu adalah untuk kayu bakar.
E. Faktor Abiotis dan Faktor Biotis Lainnya
Faktor-faktor lain yang berpengaruh, baik faktor abiotis dan faktor biotis mencakup angin, aktivitas vulkanik, api serta binatang.
1. Angin
Angin dapat pula dimasukkan dalam faktor iklim. Efek Mekanis dan fisiologis angin terhadap vegetasi seperti halnya yang terjadi pada wilayah iklim campuran. Hal yang tidak dapat dibandingkan adalah seringnya terjadi badai di daerah tropis atau siklon tropis. Adanya siklon ini sangat membahayakan tegakan, tidak hanya merusak hutan alam yang ada, merusak suksesi yang telah berlangsung dan bahkan lebih berbahaya untuk hutan tanaman.
Hutan dapat mengurangi kecepatan pergerakan angin. Freise (1936) dalam Weidelt (1995) telah mengukur kecepatan angin di hutan hujan tropis di wilayah Brasilia bagian Selatan. Hasil Pengukuran adalah sebagai berikut :
LOKASI PENGUKURAN | KECEPATAN ANGIN |
Tempat Terbuka (150 m dari tepi hutan) | 0,63 km/jam |
100 m di dalam tegakan | 0,13 km/jam |
1100m di dalam tegakan | 0 km / jam (tidak ada angin |
Angin merupakan faktor lingkungan yang penting, yang berperan dalam mengalirkan udara baru yang banyak mengandung karbondioksida. Apabila tidak ada angin kandungan karbondioksida dalam hutan tidak tercukupi.
2. Aktivitas Vulkanik
Di beberapa wilayah tropis kegiatan gunung berapi dapat membawa akibat yang cukup panjang pada lingkungan. Lava atau material panas yang lain dapat melumat seluruh hutan yang ada. Areal yang luas akan tertutup oleh hujan debu. Pengaruh terhadap tempat tumbuh dalam jangka pendek tidak menguntungkan, namun dalam jangka panjang kegiatan vulkanis itu akan menguntungkan (kesuburan tanah).
3. Binatang
Binatang dalam kaitannya dengan ekosistem hutan dapat berperan positif dan negatif. Binatang dapat menimbulkan kerusakan, dari kerusakan yang kecil sampai besar. Sebaliknya binatang juga mampu membantu dalam proses penyerbukan dan perkembangbiakan.
4. Api
Api juga merupakan faktor lingkungan yang penting. Bahaya api akan semakin besar dengan meningkatnya intensitas kekeringan. Suatu savana yang luas terbentuk karena adanya kebakaran yang tidak teratur dalam jangka waktu tertentu. Sabana dalam ekologi dapat disebut sebagai klimaks api.
Apabila kebakaran lebih sering terjadi, suatu tempat yang semula berupa hutan yang hijau di musim penghujan akan berubah struktur vegetasinya. Pada umumnya vegetasi yang ada akan bergeser, hanya jenis-jenis yang mampudi tempat kering, miskin hara saja yang dapat bertahan.
Sebagai contoh : Hutan tropis kering yang kaya akan jenis di Afrika terdegradasi berubah menjadi Savana Akasia.
Kebakaran hutan juga dapat terjadi karena petir atau pemanasan alamiah, namun kebanyakan disebabkan ulah manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung. Menurut Maxwald (1982) dalam Weidelt (1995) kebakaran hutan yang terjadi di Venezuela 98% disebabkan oleh ulah manusia. Api dapat berasal dari sistem pembukaan ladang, para pemburu dan sering pula karena kelalaian dan ketidak sengajaan.
RANGKUMAN
1. Daerah tropis merupakan daerah yang terletak antara 23027’ Lintang Utara dan 23027’ Lintang Selatan dan berada di antara garis isoterm 180C bulan terdingin.
2. Faktor-Faktor iklim yang penting di daerah tropis yang erat kaitannya dengan aspek silvikultur ialah Suhu Udara, Curah Hujan dan Cahaya.
3. Tanah hutan di daerah tropis memiliki KTK yang rendah, untuk menunjang pertumbuhan vegetasi di atasnya maka di Hutan Tropis terjadi Siklus Hara Tertutup
4. Manusia di daerah tropis turut berperan bagi hutan tropis, sebagian peranan manusia yaitu dalam konversi lahan hutan menjadi areal penggunaan lainnya.
5. Faktor-faktor abiotis dan biotis yang turut berpengaruh terhadap hutan di daerah tropis antara lain angin, aktivitas vulkanik, aktivitas binatang dan api.
DAFTAR PUSTAKA
Weidelt, H. J, 1995, Silvikultur Hutan Alam Tropika (Diterjemahkan oleh : Nunuk Supriyanto), Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta.
2. Aktivitas Vulkanik
Di beberapa wilayah tropis kegiatan gunung berapi dapat membawa akibat yang cukup panjang pada lingkungan. Lava atau material panas yang lain dapat melumat seluruh hutan yang ada. Areal yang luas akan tertutup oleh hujan debu. Pengaruh terhadap tempat tumbuh dalam jangka pendek tidak menguntungkan, namun dalam jangka panjang kegiatan vulkanis itu akan menguntungkan (kesuburan tanah).
3. Binatang
Binatang dalam kaitannya dengan ekosistem hutan dapat berperan positif dan negatif. Binatang dapat menimbulkan kerusakan, dari kerusakan yang kecil sampai besar. Sebaliknya binatang juga mampu membantu dalam proses penyerbukan dan perkembangbiakan.
4. Api
Api juga merupakan faktor lingkungan yang penting. Bahaya api akan semakin besar dengan meningkatnya intensitas kekeringan. Suatu savana yang luas terbentuk karena adanya kebakaran yang tidak teratur dalam jangka waktu tertentu. Sabana dalam ekologi dapat disebut sebagai klimaks api.
Apabila kebakaran lebih sering terjadi, suatu tempat yang semula berupa hutan yang hijau di musim penghujan akan berubah struktur vegetasinya. Pada umumnya vegetasi yang ada akan bergeser, hanya jenis-jenis yang mampudi tempat kering, miskin hara saja yang dapat bertahan.
Sebagai contoh : Hutan tropis kering yang kaya akan jenis di Afrika terdegradasi berubah menjadi Savana Akasia.
Kebakaran hutan juga dapat terjadi karena petir atau pemanasan alamiah, namun kebanyakan disebabkan ulah manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung. Menurut Maxwald (1982) dalam Weidelt (1995) kebakaran hutan yang terjadi di Venezuela 98% disebabkan oleh ulah manusia. Api dapat berasal dari sistem pembukaan ladang, para pemburu dan sering pula karena kelalaian dan ketidak sengajaan.
RANGKUMAN
1. Daerah tropis merupakan daerah yang terletak antara 23027’ Lintang Utara dan 23027’ Lintang Selatan dan berada di antara garis isoterm 180C bulan terdingin.
2. Faktor-Faktor iklim yang penting di daerah tropis yang erat kaitannya dengan aspek silvikultur ialah Suhu Udara, Curah Hujan dan Cahaya.
3. Tanah hutan di daerah tropis memiliki KTK yang rendah, untuk menunjang pertumbuhan vegetasi di atasnya maka di Hutan Tropis terjadi Siklus Hara Tertutup
4. Manusia di daerah tropis turut berperan bagi hutan tropis, sebagian peranan manusia yaitu dalam konversi lahan hutan menjadi areal penggunaan lainnya.
5. Faktor-faktor abiotis dan biotis yang turut berpengaruh terhadap hutan di daerah tropis antara lain angin, aktivitas vulkanik, aktivitas binatang dan api.
DAFTAR PUSTAKA
Weidelt, H. J, 1995, Silvikultur Hutan Alam Tropika (Diterjemahkan oleh : Nunuk Supriyanto), Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar